Koran Tempo Minggu, Ide.  8 Mei 2005.

Tafsir Monade

Sebagai Ruang Mistik

(Dari seminar Ruang dan Fragmentasi. Instruktur: Dr. F. Budi Hardiman) 

Oleh: Budi Hartanto

Dalam memilah-milah tubuh dunia, nalar kita terbentur pada asumsi tentang entitas otonom yang tak dapat terpilah dan terbagi. Al-Quran menyebut entitas ini sebagai dzarah, dalam ranah sains ia biasa disebut atom, dalam ranah filsafat (modern) tersebutlah entitas yang tak dapat terpilah dan terbagi ini sebagai monade.

 Monade adalah neologi filosofis yang hadir dalam pemikiran Gottfried Wilhelm von Leibniz. Monade dalam pemikiran Leibniz secara sederhana dapat diuraikan sebagai entitas fundamental, elemen spiritual, unit metafisis, kekuatan mistik, dan “mesin atomik” yang memberikan forma beragam macam entitas material yang ada di alam semesta raya. Tidak seperti atom atau dzarah yang tidak mengandung kualitas, monade selalu dipenuhi kualitas yang tidak sama.

Dalam membentuk sesuatu, monade bergerak secara otomatis. Ia adalah mesin atomik yang bekerja di bawah kontrol “sang maha Pemilik”–tatanan Ilahiah. Dengan lain kalimat, ia merupakan jiwa-jiwa otonom yang mempunyai tugas mengontruksikan ruang yang kita kenal sebagai alam semesta raya. Sebagai mesin atomik, monade dalam pemikiran Leibniz selalu tercipta dan mempunyai awal dan akhir (Monadology Aforisme No. 6); seperti semua bentuk kehidupan dapatlah dikatakan bahwa monad juga dapat mati.

Sebagai kekuatan mistik, ia tentulah bekerja secara misterius. Kita tidak bisa mengetahui secara komprehensif mengapa dan bagaimana ia membentuk planet bumi atau matahari. Kita hanya mengetahui bahwa hasilnya adalah keselarasan-dunia yang kita tinggali dan kita betah di dalamnya.

Kita juga tidak dapat memprediksi cara kerjanya, karena dalam pemikiran Leibniz ia adalah ruang tertutup, tak berjendela. Analog dengan sifat zat subatomik (elektron), mekanika kuantum, yang tak dapat diprediksi.

Seperti telah disebutkan, ruang-waktu merupakan manifestasi dari kerja-kerja monade sebagai mesin atomik. Karena ia merupakan kekuatan mistik, ruang-waktu sebagai alam yang kita pahami tentulah menjelma menjadi kesatuan ruang mistik. Namun, ruang mistik dapat dikatakan sebatas tatanan material yang belum tersingkap. Ruang itu tersingkap sepenuhnya dalam relasi jiwa-jiwa monade yang kemudian disadari eksistensinya oleh jiwa manusia.

Manifestasi jiwa monade membasuh ruang-waktu yang kita pahami (alam semesta) menjadi ruang mistik. Ini dapat dimengerti lewat tafsir monadologis: jiwa-jiwa monade yang diekuivalenkan sebagai jiwa manusia.

Jiwa manusia tentulah juga manifestasi sekumpulan (jiwa) monad. William Barret dalam bukunya, Death of the Soul: Philosophical Thought from Descartes to Computer menjelaskan bahwa tubuh yang membungkus jiwa merupakan komunitas monad yang merekat. Komunitas ini saling terhubung membentuk unit dan substruktur yang akhirnya membentuk seorang manusia, karena manusia tentunya bagian dari alam itu sendiri.

Sebagai mesin (spiritual) atomik, monade dapat ditafsirkan mencipta kualitas ruang; yaitu ruang di dalam dirinya sendiri yang tertutup. Ruang inilah benih dari ruang mistik. Jadi ia dapat dimengerti sebagai prinsip internal.

Sebagai ruang mistik, prinsip internal ini berbeda dengan apa yang dijelaskan Leibniz sebagai prinsip (internal) penciptaan. Prinsip internal ini saya asumsikan sebagai ruang mental atau ruang kesadaran. Contoh, kita tidak mengetahui prinsip internal monad seekor macan. Artinya, apa yang terjadi (dirasakan) binatang buas itu adalah khas dirasakan dirinya sendiri.

Seperti ketika kita punya kehendak atau niat dalam jiwa, dalam konteks ini orang lain tidaklah bisa memprediksinya. Karena itu, sebagai entitas spiritual dan mistik ia bukanlah ruang kosong, melainkan selalu dipenuhi kualitas.

Manusia sebagai manifestasi monade, mencipta (diciptakan pengalaman) ruang dalam dirinya. Dalam ranah jiwa misalnya, ruang menjadi padat sebagai subyek sadar yang mempunyai kehendak, kebebasan atau kualitas-kualitas lainnya. Dalam ranah tubuh, ruang menjadi relatif sebagai unit substruktur kemanusiaan.

Darah, hati, jantung, otak, mata, sel darah putih, dan bagian tubuh lainnya dapat dikatakan sebagai ruang monad yang berekstensi secara materi sebagai manifestasi mesin atomik. Lewat tafsir monadologis, mesin atomik ini membentuk harmoni yang akhirnya menghadirkan jiwa dominan-the Self.

Individu sebagai jiwa dominan tentulah hanya menyadari dirinya sendiri, sebagai subyek (the self) yang tak terpilah dan otonom. Begitu juga sel-sel tubuh. Kita tidak dapat mengetahui atau mengintip ke dalam ruang sel untuk mencari tahu apa motifnya dan bagaimana ia bisa menjadi harmonis. Sel-sel memiliki ruang dan kehendaknya sendiri yang bekerja secara harmonis.

Dalam sistem berpikir monadologis, sel adalah juga individu yang mempunyai kualitas. Individu yang sudah cukup diri. Tentu karena ada aksi internal yang otonom yang membentuk keselarasan sesuai dengan mode-mode Ilahiah.

Manusia sebagai manifestasi jiwa dominan adalah ruang tertutup-manifestasi monade. Ruang ini disadari sebagai jiwa; ruang mental atau ruang kesadaran.

Walaupun ia merupakan ruang tak berjendela, ia dapat melakukan koneksi dengan tatanan Ilahiah yang mengaturnya. Seperti dijelaskan Leibniz, setiap monade tercipta dan harmonis sesuai dengan ketentuan Sumber. Tepat ketika individu sudah sadar diri akan kemonadeannya ia akan mengenal sang pencipta. Ruang kesadaran atau mental tidak tertutup (kafir) lagi. Inilah ruang mistik sejati.

Ruang mistik menghampiri kita sebagai the state of mental yang menaungi cara pandang kita tentang dunia. Ia adalah ilusi dalam beberapa hal, tapi ia juga dapat dikatakan sebagai kenyataan. Kita mengatakannya sebagai ilusi karena tak dapat menyentuhnya secara indrawi. Ia disebut kenyataan karena manusia yang berada di dalamnya merasakan dan mengalami ketersingkapan, bahwa ada yang nyata di balik entitas material.

Kendati ruang mistik ini berada di dalam psyche manusia, keberadaannya tidak seperti ruang dalam konteks imaji puisi (Bachelard). Karena ruang mistik dapat merentang ke dalam kenyataan material. Merentang dalam arti memahami alam raya sebagai kesatuan; yakni jiwa manusia yang memahami alam terbatas atau dalam naungan, katakanlah, ruang bundar kemonadean.

Ruang mistik adalah mode subyektif yang tertutup-tak dapat didialogkan. Namun, dalam konteks ruang kesadaran manusia juga mempunyai mode obyektif. Mode obyektif ini dapat dikatakan dibangun berdasarkan komunikasi.

Sepintas, terlihat adanya asumsi bahwa monad bukanlah ruang tertutup. Lewat komunikasi misalnya, manusia dapat mencurahkan ruang kesadarannya kepada manusia lain. Karena itu, sifat monadologis ruang jiwa manusia sepertinya menjadi hilang.

Melalui sistem berpikir monadologis, sebenarnya dimensi ekternal monade yang dapat dikomunikasikan. Monad tertutup dan tak berjendela dalam ruang kesadaran, dalam arti kehendak yang tak dapat diprediksi, yaitu dalam potensi kebebasan tak terhingga.

Kita bisa saja mengkomunikasikan kehendak bebas kita, tapi ini tidaklah menjadi ketentuan mutlak. Dalam ruang mentalnya, manusia mempunyai potensi berbohong atau mengubah keputusan.

Nah, dalam hal ini yang lain tidak dapat mengetahuinya. Dalam arti ini juga ruang jiwa sebagai monad tertutup dan tak berjendela.

Edward S. Casey dalam bukunya, The Fate of Place: Philosophical History, menafsirkan ruang eksternal (material/tampakan luar) adalah situasi dalam posisi lokalitas dan kuantitas. Dapat diasumsikan bahwa situasi dan kuantitas inilah yang sebenarnya dapat dikomunikasikan.

Seperti yang dijelaskan Leibniz bahwa ruang dalam keluasan kuantitas bersifat relasional. Ketika kita berkomunikasi, ruang jiwa membentuk sistem relasional. Ia adalah tatanan eksternal, yang secara otomatis dikondisikan tatanan internal monad. Komunikasi dalam hal ini dapat juga dikatakan sebagai harmonisasi.

Sekelompok (tim) manusia berkomunikasi saling membantu melakukan/membentuk sesuatu, itulah harmonisasi. Jadi dapat dikatakan, keselarasan terbentuk lewat komunikasi. Itulah yang dapat ditafsirkan mengenai tatanan eksternal ruang monad.

Dalam konteks lain, tatanan internal manusia (ruang kesadaran yang belum terkoneksi) dapat mengelak dari ketentuan yang telah dikomunikasikan tatanan Ilahiah. Manusia misalnya, diperintah oleh Allah untuk hidup dalam harmoni. Namun, manusia dapat mengelak. Pengelakan ini tentu adalah sebuah pembantahan terhadap tatanan Ilahiah yang menentukan kebaikan bagi makhluknya.

Tatanan Ilahiah menginginkan keharmonisan, tapi manusia dapat membantah atau membangkang-menutup klep ruang mistik. Konkuensi dari hal ini, adalah mungkin, kehancuran. Pembangkangan tentu tidak terjadi pada manusia sebagai jiwa dominan saja. Dalam ilmu genetika, diketahui DNA (deoxyribonucleic acid) zat dasar yang mengkonstruksikan tubuh manusia juga dapat membangkang; atau secara ilmiah ia salah atau tak mau menerjemahkan kode-kode yang telah ditentukan tatanan harmonis. Karena itu, hasilnya pun adalah anomali, individu yang tercipta adalah individu yang tak sempurna.

Mengenali ruang mistik, tentulah tidak semata-mata sebuah pengenalan yang memberikan asumsi tentang pembasuhan ruang eksternal (material atau tampakan luar). Mengenali ruang mistik adalah mengenali sepenuhnya jati diri.

Ruang mistik yang dirasakan dalam diri tentunya juga dapat merentang ke dalam masyarakat. Mengingat manifestasi monade adalah alam universal. Contoh: kita dapat menjelaskan secara sosiologis, dalam hal ini pemikiran Goerge Simmel. Kata George Simmel, masyarakat sebagai kultur adalah hasil dari perkembangan forma eksternal individu. Masyarakat terbentuk lewat fragmen-fragmen individu yang terbuka. Kebiasaan atau adat tribalistik seseorang selalu merepresentasikan kebiasaan sebuah masyarakat sebagai sebuah kultur.

Dari sini dapat diproposisikan bahwa sekelompok individu yang telah menyadari kemonadeannya (ruang mistiknya) dapat juga menjelma menjadi masyarakat mistik. Dalam masyarakat ini harmoni adalah sesuatu yang logis dan rasional. Masyarakat ini boleh dikatakan mempunyai jiwa dominan. Artinya, di dalam masyarakat tersebut bekerja individu-individu sebagai jiwa dalam keselarasan.

Masyarakat mistik adalah konsekuensi logis dari tatanan eksternal (monad) individu-individu yang pasrah dalam keharmonisan yang ditentukan oleh tatanan Ilahiah. Seperti juga terbentuknya tubuh, yang di dalamnya terdapat mekanisme monad yang pasrah dalam keharmonisan.

Karena itu, setelah masyarakat mistik terbentuk terbuka juga kemungkinan, dalam sistem berpikir monadologis, terbentuknya sebuah negara mistik. Negara yang sadar diri bahwa ia mengemban aturan monade primordial; yaitu keharmonisan yang mengangkat nilai-nilai kebebasan, cinta, dan keadilan.