Semua instrumen musik mencipta dunia. Bukan dunia imajinatif, seperti pikiran yang mengkonstruksikan sebuah keadaan ketika mendengarkan sebuah lagu, melainkan suara yang dihasilkan. Suara instrumen musik berbeda-beda. Terompet, biola, gendang, gitar atau piano mempunyai gelombang suara yang berlainan. Getaran yang dihasilkan oleh instrument itulah dunia yang diciptakan.

Batas-batas dunia yang tercipta secara instrumental mempunyai frekuensi antara 20 sampa 20.000 Hertz. Telinga tak dapat mendengar gelombang suara dibawah 20 Hertz (satuan getar gelombang suara dihitung perdetik), demikian pula suara dengan frekuensi di atas 20.000 Hertz.

Piano mempunyai frekuensi 27 sampai dengan 4186 Hertz. Suara manusia mempunyai frekuensi 85 sampai 1.100 Hertz. Kelelawar dapat mendengar suara dengan frekuensi yang sangat tinggi. Lumba-lumba melihat dunia dengan getaran suara. Gelombang getar telah mencipta dunianya sendiri.

Sekarang getar suara telah tercipta secara elektronik. Gelombang dapat dimanipulasi secara teknologis sehingga menghasilkan suara-suara yang boleh dibilang asing di telinga kita. Instrument musik tradisional dibedakan dengan modern (menggunakan bantuan energi listrik) karena nilai akustiknya. Namun instrumen musik tetap dibedakan dengan suara alam dalam hal keteraturan frekuensinya. Dengan instrumen kita ciptakan dunia yang dalam beberapa hal bermakna, karena ia terbentuk secara estetik dan intensional. Suara alam mungkin juga bermakna. Akan tetapi karena ia dibedakan dengan suara yang merupakan buatan manusia, suara alam sementara tak bermakna.

4 Responses to “String and Phenomenology of Sound”

  1. Iwan Says:

    blog yang bagus… saya perlu waktu untuk membaca semuanya. Soal piano ini, saya membayangkan apa yang ada di benak Christofori ketika membangun piano? Apakah ada dokumentasinya tentang bagaimana gagasan tertuang dalam sebuah mesin ajaib bernama piano?

    1. buzztanto Says:

      Wah saya belum melakukan riset untuk ini. Tapi yang jelas Cristofori secara teknis menemukan jenis suara instrumen yang prinsipnya sama dengan suara natur. Staccato (prinsip pedal) suara tanpa sustain (gema atau gaung) itu yang ditemukan Cristofori. Seperti ketika kita memukul sebuah benda yang tak bernilai akustik, jadi tidak sama dengan gong, sebelumnya suara piano seperti gong lepas gelombang suaranya.

      1. Iwan Pirous Says:

        Mengendalikan suara lewat mesin yang menciptakan frekuensi nada tetap dengan durasi maupun reverb, dan gaungnya terkontrol.. Mungkin itu mimpinya Sang Cristofori, ya?

      2. buzztanto Says:

        Boleh jadi itu mimpi Cristofori. Tak tau lebih jelasnya. Piano-forte memang artifak teknologi yg unik, pada masanya cuma bangsawan saja yg main piano. hehe sekarang sudah menjadi publik. Btw, Mas Iwan ini di Antrop ya, adikku Imam A juga di sana jd periset. Semoga kebudayaan semakin terjelaskan, ya soalnya kebudayaan seperti metafisika, banyak penemuan pada awalnya dilatari oleh sistem kebudayaan bukan rasionalitas, seperti juga piano saya kira.

Leave a comment